BANDAGE PART I : PRINSIP, FUNGSI, ANATOMI, TIPE-TIPE WOUND DRESSINGS, PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANDAGE



Bandage yang baik yaitu bandage yang cukup kuat sehingga tidak meluncur jatuh dari posisinya tetapi tidak sampai menghambat sirkulasi. Seorang dokter praktek harus mengetahui cara melakukan bandage dengan kompeten. Hal itu dikarenakan, klien akan melihat cara seorang dokter melakukan bandage di ruang periksa dan akan meninggalkan impresi mengenai kemampuannya, selain itu juga untuk memberikan contoh bandage yang baik kepada paramedis ataupun dokter rawat inap yang akan mengganti dan melakukan bandage selanjutnya jika hewan akan dirawat inap.
Hal lain yang perlu diingat yaitu penguasaan teknik bandage yang baik membutuhkan latihan rutin. Latihan dapat dilakukan pada boneka atau pada partner kerja sehingga kemampuan bandage akan semakin baik. Ada beberapa prinsip penting dalam melakukan bandage yaitu:

Cuci tangan : cuci tangan dan gunakan glove sebelum melakukan tindakan untuk mencegah penularan agen infeksi baik dari operator ke hewan, atau hewan ke operator.

Persiapkan alat : siapkan semua peralatan yang diperkirakan akan dibutuhkan sehingga penanganan lebih cepat dan efisien. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri ketika melakukan tindakan serta meningkatkan kepercayaan klien.

Selalu sertakan kaki : jika harus melakukan perban pada anggota gerak bagian bawah (lower limb), selalu sertakan kaki (paw). Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi resiko terhambatnya sirkulasi ke daerah jari kaki.

Letakkan kapas : jika perban yang dilakukan hingga daerah kaki, pastikan untuk menyelipkan kapas disela jari-jari kaki. Tujuannya yaitu untuk menyerap keringat sehingga jari kaki tidak lecet akibat gesekan. Senantiasa ganti kapas jika sudah lembab, kapas yang lembab justru akan meningkatkan resiko lecet.

Pastikan perban selalu tergulung : jaga agar perban selalu dalam posisi tergulung saat digunakan, gulungan perban sebaiknya senantiasa berada di bagian atas. Hal ini untuk memudahkan kontrol dan mengatur kekencangan perban.

Lakukan dengan tumpang tindih : perban yang diposisikan tumpang tindih akan mencegah terbentuknya celah sebagai jalan masuknya agen infeksi, dan juga mencegah pembengkakan pada area celah tersebut akibat putusnya sirkulasi. Jarak tindihan perban dapat berukuran setengah dari perban yang berada di bawahnya.

Dari bagian ujung ke pangkal : jika melakukan perban pada ekor sebaiknya dilakukan dari bagian ujung ke pangkal ekor. Hal ini untuk mencegah terperangkapnya darah dan menumpuk di ujung ketika melakukan bandage dari proksimal ke distal ekor. Terperangkapnya darah akan penyebabkan bengkak pada ekor.

Jangan gunakan peniti : setelah selesai melakukan bandage, jangan gunakan peniti atau yang sejenisnya untuk merekatkan bandage karena dikhawatirkan akan termakan oleh pasien.

Imobilisasi sendi di atas dan di bawahnya : saat melakukan imobilisasi pada fraktur, pertimbangkan untuk menyertakan sendi yang berada di atas dan di bawahnya untuk mencegah pergerakan dari area tersebut.

Jangan terlalu ketat dan jangan terlalu longgar : ketika telah selesai melakukan bandage pastikan tidak terlalu ketat, cirinya yaitu dua jari dapat diselipkan secara horizontal di bawah bandage. Bandage yang terlalu ketat dapat menghambat sirkulasi darah dan menunda penyembuhan, dapat menimbulkan bengkak, dan juga menimbulkan rasa tidak nyaman sehingga kemungkinan perban dirusak oleh hewan juga semakin besar.

Fungsi bandage
Bandage memiliki beberapa fungsi yaitu protection, support, pressure, immobilization, dan security. Berikut penjelasannya (tabel 1):

Tabel 1. Fungsi bandage
Fungsi
Penjelasan
Protection
Melindungi dari infeksi, kotoran, dan juga lingkungan. Serta mencegah dari self mutilation.
Support
Diaplikasikan pada fraktur, keseleo, terkilir, dislokasi. Memberikan support yang cukup untuk mengurangi rasa sakit, bengkak, dan rapid healing.
Pressure
Untuk menghentikan hemoragi dan mengurangi bengkak.
Immobilization
Pembatasan gerak sendi atau jaringan lunak di sekitarnya dapat mengurangi rasa sakit dan membuat hewan lebih nyaman.
Security
Untuk menahan IV cath pada tempatnya, mencegah infeksi dan gangguan lain.

Anatomi bandage
Anatomi bandage tersusun dari beberapa layer yaitu :
Wound dressings : merupakan layer yang bersentuhan langsung dengan luka. Tujuannya yaitu untuk mendukung penyembuhan dan mencegah luka menjadi lebih parah. Dressings yang diberikan tidak boleh terlalu kering atau terlalu basah. Macam-macam wound dressings dapat dilihat pada (tabel 2).

Primary layer : layer ini menahan dressings agar tetap di tempat dan menyerap eksudat. Selain itu juga memberikan tekanan yang rata pada luka dan memberikan lapisan pada luka. Contohnya kain kasa yang dilipat atau gauze.
Secondary layer : berfungsi sebagai support bagi primary layer. Secondary layer harus memiliki kemampuan untuk meregang. Penggunaan secondary layer tidak boleh terlalu ketat karena dapat mengganggu suplai darah dan menyebabkan gangren. Contoh kasa gulung.
Tertiary layer : lapisan ini berfungsi menahan lapisan-lapisan bandage sebelumnya agar tidak berubah posisi. Layer ini berupa lapisan elastis dan tahan air. Ketika mengaplikasikan layer ini sebaiknya tidak melewati batas layer sebelumnya agar tidak bergesekan langsung dengan kulit dan menimbulkan rasa tidak nyaman. Contoh vet tape, cohesive bandage.
Tipe-tipe dan contoh material wound dressings

Tabel 2. Tipe-tipe wound dressings
Tipe
Material
Penjelasan
Adherent (melekat)
Kasa yang dibasahkan dengan larutan saline (wet to dry dressings)
Digunakan untuk membersihkan debris pada luka. Dapat melekat pada luka dan dilepas setelah 24 jam. Murah, efektif, tetapi sakit ketika dilepas.
Swab kasa kering (dry to dry dressings)
Jaring yang nekrosis akan melekat pada kasa dan dilepaskan setelah 24 jam. Efektif tetapi menyakitkan.
Non adherent (tidak melekat)
Perforated polyurethane gauze dan paraffin gauze. Contoh Melolin®
Kasa dengan lubang udara. Digunakan pada luka dengan sedikit eksudat, dapat mencegah luka menempel pada layer bandage.
Absorbent (menyerap eksudat dari luka dan mencegah maserasi jaringan)
Foam dressings. Contoh Allevyn®
Dressing yang berupa membran semipermeabel, dapat menyerap cairan dan menjaga kelembaban pada luka dan mempercepat epitelisasi.
Popok bayi
Dapat menyerap cairan, dapat ditimbang sebelum dan setelah digunakan untuk mengetahui banyaknya cairan yang hilang.
Complex
Alginate dressings. Contoh Kaltostat®, Algisite®
Mengandung protein dari rumput laut yang melepaskan Na+  dan Ca2+, membentuk jel saat terjadi kontak dengan eksudat. Jel tersebut akan menjaga luka tetap lembab, mengontrol pendarahan rendah, membantu pembentukan inflamasi dan granulasi. Kekurangannya yaitu dapat membentuk granulasi berlebih pada luka.
Hydrogel. Contoh Instrasite®, Biodres®
Menyingkirkan jaringan mati pada luka, menyerap eksudat, mengurangi oedema dan membantu penyembuhan.  Tersedia dalam bentuk lembaran atau jel. Jika menggunakan dalam bentuk jel, berikan dressings absorbent untuk mencegah jel mengering.
Hydrocolloids. Contoh Tagesorb®, Granuflex®
Lembaran dengan lapisan oklusif (waterproof) yang dapat mencegah kekeringan pada luka dan membantu debridemen secara autolisis. Dressings ini dapat melekat pada pinggiran luka dan mencegah kontraksi, dapat menyebabkan granulasi berlebih. Tidak efektif  digunakan pada luka infeksi karena harus diganti secara berkala sehingga biaya akan mahal.
Topical treatment
Aloe vera
Produk alamai dapat menstimulasi granulasi
Silver sulfadiazine. Contoh Flamazine®
Antibiotik topikal broad spectrum yang long acting. Agent of choice untuk mencegah sepsis pada luka bakar.
Zinc bacitracin
Meningkatan epitelisasi.
Malic, benzoic and saliylic acid solution. Contoh Dermisol®
Agen penghilang jaringan mati dengan pH rendah. Toxic bagi jaringan granulasi sehingga tidak dapat dibiarkan terlalu lama pada luka.
Nanocrystalline silver
Baik untuk luka infeksi yang resisten pada antibiotik yang umum digunakan. Menurunkan penggunaan antibiotik dan menurunkan resiko multi-drug resistance.
Honey
Madu murni yang steril. Aslinya digunakan pada 2000 tahun yang lalu. Memiliki aktivitas  antibakterial dan dapat digunakan pada luka yang terinfeksi dan menunjukkan resistensi terhadap antibiotik.

 Perawatan dan pemeliharaan bandage

Bandage harus senantiasa dimonitor, terutama jika hewan dibawa pulang oleh pemilik. Pastikan pemilik paham mengenai cara perawatan bandage, jika perlu berikan catatan instruksi perawatan bandage selama di rumah.


  • Cek keadaan bandage setiap 4 jam pada 24 jam pertama.
  • Cek keadaan bandage dua kali sehari, dilihat dari kualitas bandage. Bandage dapat digunakan selama beberapa hari, tetapi pastikan untuk meminta pemilik agar kontrol dan mengganti bandage setiap 4-5 hari sekali atau sesuai kebutuhan.
  • Pastikan pemilik paham mengenai tanggungjawabnya terhadap pasien dan pastikan ia juga paham hal penting apa yang harus menjadi perhatian selama masa perawatan.
  • Pada beberapa kasus pembatasan gerak dibutuhkan untuk mendukung kesembuhan lebih cepat.
  • Awasi bandage pada poin-poin berikut : aroma, tingkat kelembaban, jari yang bengkak, jari dingin, perban kotor, interfensi pasien (perban digigit, koyak, dsb). Jika hal tersebut terjadi perban harus segera diganti.
  • Jika bandage dilakukan pada luka terbuka maka bandage harus diganti setiap setiap hari setidaknya sekali sehari. Jika tidak terdapat luka, bandage dapat dipakai selama 8-10 hari.
  • Komplikasi yang dapat terjadi yaitu : maserasi pada kulit, bengkak pada anggota gerak, kontaminasi luka, dermatitis, nekrosis kulit dan gangren pada anggota gerak.

NB : Tipe-tipe bandage akan diposting pada tulisan selanjutnya

Daftar pustaka

Aspinall, Victoria, dan Aspinall, Richard, 2013. Clinical Procedures in Small Animal Veterinary Practice. China : Elsevier Saunders
Aspinall, Victoria, 2019. Clinical Procedures in Veterinary Nursing 4th edition. China : Elsevier Saunders

Comments