Beberapa kasus parah pada hewan yang melibatkan
organ pencernaan terkadang mengharuskan tindakan operasi sebagai prosedur yang harus dijalani. Beberapa contoh indikasi yang mengharuskan hewan
menjalani operasi enterektomi yaitu karena adanya neoplasma, intususepsi,
ischemia, nekrosis, atau trauma yang dapat mengganggu fungsi organ-organ hingga membahayakan kesehatan hewan tersebut.
Ada beberapa istilah yang harus dimengerti sehubungan dengan operasi pada saluran pencernaan, terutama enterektomi, beberapa diantaranya yaitu : Enterektomi (enterostomi) adalah prosedur pengangkatan segmen usus, intestinal
resection and anastomosis (pemotongan segmen usus dan penyambungan kembali) adalah enterektomi yang dilanjutkan dengan
penyambungan kembali ujung segmen usus yang telah dipotong, enteroenteropexi atau intestinal plication adalah operasi
fiksasi (menempelkan/melekatkan) sebuah segmen usus dengan segmen usus yang
lain. Enteropeksi adalah fiksasi
sebuah segmen usus pada dinding tubuh atau pada putaran (loop) usus yang lain.
Enterektomi dan anastomosis merupakan dua prosedur
yang selalu bersanding. Untuk mempelajari mengenai enterektomi (memotong) juga
harus mempelajari anastomosis (menyambungkan kembali) usus.
ANATOMI MAKROSKOPIS SALURAN
PENCERNAAN
Gambar 1. Anatomi makroskopis sistem pencernaan pada
anjing
Usus halus terdiri dari tiga bagian yang dapat
dibedakan berdasarkan susunan atau struktur histologisnya yaitu duodenum,
jejunum dan ileum (gambar 1.). Duodenum merupakan bagian yang pertama dari
intestinum tenue, terletak di urutan pertama setelah lambung. Duodenum amat
dekat dengan dinding tubuh dan terikat pada mesenterium yang pendek. Duktus
dari pancreas dan hati masuk ke bagian pertama dari duodenum pada jarak pendek
di belakang pylorus lambung.
Jejunum bermula kira-kira pada posisi dimana
mesenterium mulai kelihatan memanjang. Jejunum dan ileum bersambung dan tidak
ada batas yang jelas diantaranya (Frandson, 1993), usus halus ini terletak
ventro caudal abdomen. Jejunum merupakan usus halus bagian tengah dan paling
panjang. Jejunum bermula pada bagian kiri akar mesenteric dimana duodenum
ascending menurun pada flexura duodenal.
Bagian terakhir dari intestinum tenue adalah ileum. Ileum
ditandai oleh adanya lipatan ileocecal yang akan berhubungan dengan colon dan
mengandung pembuluh darah arteri mesenterika illealis.
METODE ENTEREKTOMI DAN ANASTOMOSIS
Tahap-tahap
enterektomi yaitu :
- Eksplorasi daerah abdomen melalui celiotomy (hasil insisi laparotomi abdomen) yang dilakukan di bawah umbilicus, keluarkan usus dari ruang abdomen dan tempatkan pada kasa yang telah dibasahkan dengan cairan infus kemudian cari area usus yang mengalami gangguan. Jika terdapat intususepsi coba untuk mereduksi intususepsi secara perlahan. Intususepsi yang masih dapat direduksi dan dinilai masih cukup sehat dapat dilanjutkan dengan prosedur enteroplication, tetapi jika usus telah mengalami ischemia hingga nekrosis dilanjutkan dengan prosedur resection and anastomosis.
- Bersihkan isi lumen usus agar tidak mengalir ketika diinsisi dengan cara mengurut usus ke kiri dan ke kanan dan lakukan klem pada kedua sisi usus. Sebaiknya klem dilakukan kurang lebih 3-5 cm dari batas area usus yang mengalami gangguan menggunakan klem usus seperti Doyen forcep atau dengan menggunakan jari co-operator operasi.
- Selanjutnya ligasi pembuluh darah yang menyuplai daerah usus yang akan dipotong. Lakukan dua ligasi, ligasi pertama untuk mencegah pendarahan dari pembuluh darah yang tertinggal dan satu lagi dari pembuluh darah usus yang akan diangkat. Nantinya pemotongan usus dilakukan diantara dua ligasi ini. Lakukan ligasi pada usus dan juga mesenterium (gambar 2.).
- Pasang klem usus disamping bagian usus yang akan dipotong masing-masing disamping dua ligasi yang telah dibuat menggunakan Carmalt forcep atau klem lain yang tidak traumatik pada usus (gambar 2.). Potong usus dan juga daerah mesenterium penyokong usus yang mengalami gangguan secara perpendikular diantara dua ligasi. Jika terdapat perbedaan diameter, usus dengan diameter yang lebih kecil dapat dipotong miring untuk menyamakan diameter usus. Bersihkan ujung usus yang sudah dipotong dengan kasa secara perlahanGambar 2. Bagian-bagian usus yang telah di klem dan di ligasi. A. Doyen Forcep; B. Carmalt forcep; tanda panah : ligasi pembuluh darah
- Lakukan satu jahitan sederhana tunggal pada daerah mesenterika dan antimesenterika untuk menyelaraskan usus dan memudahkan penjahitan selanjutnya. Jahit dengan menggunakan benang absorable monofilament dengan ukuran 3-0 atau 4-0 tergantung besar usus dengan jarak kurang lebih 3 sampai 4mm. Pola jahitan dapat menggunakan sederhana tunggal, gambee, atau gambee yang dimodifikasi. Dapat juga menggunakan pola jahitan sederhana menerus, tetapi akan riskan jika jahitan tidak kuat. Hasil akhir jahitan pada usus dapat dilihat pada gambar 4.
- Uji kebocoran jahitan dengan menyuntikkan cairan, dapat berupa cairan infus, sambil terus mempertahankan klem pada usus. Kebocoran usus ditandai dengan adanya rembesan air dari tempat jahitan. Tutup jahitan yang bocor dengan pola sederhana tunggal.
- Jahit mesenterium dengan benang absorbable ukuran 4-0 dengan pola sederhana menerus, hindari pembuluh darah saat menjahit (gambar 5.).
- Pastikan daerah usus dan mesenterium telah bersih dari debris lalu masukkan ke dalam rongga perut dan jahit kembali abdomen.
Gambar 3. Jahitan sederhana tunggal di mesenterika dan antimesenterika
Gambar 4. Hasil akhir jahitan pada usus
Gambar 5. Penjahitan mesenterium
PERAWATAN POST OPERASI
Infus diberikan secara intravena sampai hewan dapat makan dan minum. Analgesik dapat diberikan selama 2 sampai 3 hari. Minuman dan makanan cair hingga lembek dapat diberikan 12 hingga 24 jam pasca operasi dengan catatan tidak adanya muntah. Muntah yang terjadi dapat ditangani dengan memperbaiki elektrolit tubuh dan pemberian obat seperti metoclopramide atau antiemetika, jika muntah terus terjadi dapat mengindikasikan adanya peritonitis akibat kebocoran usus. Dalam beberapa kasus diare dapat terjadi pada awal masa recovery dan membaik seiring berjalannya waktu. Jenis operasi, indikasi operasi, serta makanan sangat mempengaruhi konsistensi feses dan frekuensinya.
DAFTAR PUSTAKA
Fossum,
T.W., Dewey, C.W., Horn, C.V., Johnson, A.L., MacPhail, C.M., Radinsky, M.G.,
Schulz,
K.S., dan Willard, M.D., 2013. Small Animal Surgery Fourth
Edition. Philadelphia
:
Elsevier
Frandson,
R., 1993. Anatomi dan Fisoilogi Ternak edisi ke empat. Gadjah Mada
University
Press : Yogyakarta
Tobias,
K.M., 2010. Manual of Small Animal Soft Tissue Surgery. USA: Wiley-Blackwell
Comments
Post a Comment