PEMERIKSAAN KLINIS PADA HEWAN KESAYANGAN





Pemeriksaan klinis bertujuan untuk menentukan diagnosa. Banyak penyakit yang dapat ditentukan diagnosa khasnya berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik penderita. Gangguan-gangguan klinis pada hewan ketika diperiksa dapat beragam, terkadang gejala  yang ditemukan terlalu general sehingga diagnosa pasti tidak selalu dapat ditentukan saat itu juga. Ketika mengalami hal tersebut sebagai seorang dokter harus berusaha menuntaskan masalah tersebut. Meski belum menentukan diagnosa pasti, dokter harus menuntaskan masalah gangguan klinis pada hewan dimulai dengan melakukan pengobatan atau tindakan pencegahan, sebelum gangguan definitif atau diagnosa pasti dapat ditentukan. Pertimbangannya yaitu apabila tidak diberikan penanganan, hewan tersebut mungkin akan makin menderita, keadaannya memburuk atau bahkan dapat mengalami kematian.
Pemeriksaan klinis pada hewan secara garis besar terdiri dari pemeriksaan riwayat penyakit (anamnesa), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang di laboratorium.

RIWAYAT PENYAKIT (ANAMNESA)

            Riwayat penyakit yang dimaksud yaitu riwayat kejadian yang telah berlangsung sebelum hewan dibawa ke dokter hewan. Riwayat penyakit atau anamnesa yang ditanyakan harus merupakan pertanyaan yang disusun secara kronologik agar patogenesis dari penyakit yang diperiksa dapat dengan mudah dipelajari dan dikerucutkan menjadi suatu diagnosa. Biasanya anamnesa dimulai dengan menanyakan keadaan umum hewan, contohnya “kucing/anjingnya kenapa, Bu/Pak?”, kemudian biarkan klien menceritakan terlebih dahulu keluhannya sebelum memeriksa hewan agar dokter dapat memiliki gambaran apa yang sedang dihadapinya, menentukan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya serta tahu apa yang harus dilakukan ketika memeriksa.
            Fakta-fakta penting yang disampaikan oleh klien harus terus digali dengan pertanyaan-pertanyaan lanjutan. Selain itu fungsi semua sistema tubuh juga harus ditanyakan, seperti sistem pencernaan, pernapasan, hingga status vaksinasi dan juga riwayat penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Lingkungan perkandangan, adanya hewan baru di rumah, jenis makanan dan juga hal lain yang sekiranya dapat mempengaruhi keadaan hewan.
            Hal lain yang tidak kalah penting yaitu seorang dokter harus mampu memilah pernyataan-pernyataan dari klien apakah hal tersebut fakta atau hanya pernyataan untuk menutupi kesalahan klien dalam merawat hewan. Itulah mengapa seorang dokter harus senantiasa cermat dan cerdas dalam melakukan pemeriksaan.

PEMERIKSAAN FISIK

            Pemeriksaan fisik dapat dibagi menjadi pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Inspeksi atau bisa juga disebut observasi artinya memeriksa keadaan umum tubuh hewan dengan menggunakan indra penglihatan, melihat kondisi keseluruhan tubuh hewan dari jarak tertentu apakah terdapat abnormalitas atau tingkah laku yang tidak biasa. Inspeksi juga dilakukan untuk menentukan skor kondisi tubuh (SKT); melihat cara berjalan; melihat perilaku abnormal seperti menendang atau menggaruk bagian tubuh tertentu, berguling-guling, menjilat daerah tubuh tertentu; melihat tingkat kesadaran hewan seperti depresi yang ditandai dengan sikap acuh tak acuh (apatis), letargi (tak gembira, lesu), mengantuk (somnolent), mematung (stupor), tertidur (sopor, tak mampu bangun), dan nir-sadar (koma).
            Palpasi merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan indra peraba. Palpasi dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada susunan anatomi tubuh hewan dan untuk menilai kepekaan hewan terhadap rasa sakit pada bagian tubuh tertentu, atau tanda-tanda lain dari proses peradangan. Pemeriksaan secara palpasi dapat dilakukan secara urut mulai dari rambut dan kulit hewan, daerah kepala, leher, thorax, daerah abdomen, daerah perineum, kaki dan ekor, serta suhu tubuh. Palpasi sangat penting dalam membantu menentukan diagnosa sehingga sebisa mungkin harus dilakukan meski hewan memiliki tempramen yang sulit untuk ditangani. Dokter hewan sebaiknya memiliki asisten untuk membantu dalam melakukan handling dan restrain agar memudahkan dalam pemeriksaan sekaligus memberikan rasa nyaman pada hewan ketika diperiksa. Jika tidak memiliki asisten maka mintalah bantuan kepada klien untuk melakukan handling.
            Perkusi dilakukan dengan cara mengetuk dengan jari atau peralatan khusus di daerah tubuh tertentu untuk mengetahui adanya kelainan, contohnya seperti timbunan gas dalam lambung. Auskultasi merupakan pemeriksaan yang dilaukan dengan indra pendengaran. Biasanya dilakukan dengan menggunakan stetoskop agar suara yang didengarkan menjadi lebih jelas. Auskultasi memiliki nilai yang penting pada penderita penyakit jantung, masalah pernapasan dan juga pencernaan. Pastikan untuk tetap memeriksa daerah jantung, paru-paru, serta lambung dan juga usus jika terdapat keluhan yang melibatkan sistema tersebut.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

   Pemeriksaan penunjang dilakukan pada hewan yang membutuhkan bantuan peralatan atau metode khusus untuk menunjang pemeriksaan dan menegakkan diagnosa. Biasanya dilakukan pada hewan yang belum menunjukkan gejala penyakit yang khas (membantu mengerucutkan diagnosa), memeriksa benda asing di dalam tubuh, mengecek kebuntingan, serta memeriksa fungsi organ tubuh. Pemeriksaan penunjang dapat berupa rontgen, USG, pemeriksaan di bawah mikroskop, patologi anatomi, pemeriksaan darah, pemeriksaan urin, pemeriksaan di laboratorium mikrobiologi, dan lain-lain.

~ Teknik masing-masing cara pemeriksaan secara lebih detail akan dibahas pada tulisan selanjutnya. Terimakasih.

Daftar pustaka
. . .

Comments